INVOCAVIT.COM, JAKARTA – Momen emosional kembali terjadi ketika Ibunda Brigadir J bersaksi di depan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi. Tangis Rosti Simanjuntak pecah. Dia menangis tersedu-sedu. Setiap kali menceritakan sosok Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Rosti br Simanjuntak dengan emosi sambil menangis terisak-isak meminta Ferdy Sambo dan Putri Candrawathy bertobat dari hati yang paling dalam tidak hanya dimulkut saja.
“Bapak Ferdi Sambo segeralah sadarlah, bertobatlah. Perbuatan apapun apapun keberadaan kalian, Tuhan segalanya,” kata Rosti sambil terisak.
Dia dan suami, Samuel Hutabarat menjadi saksi dalam sidang lanjutan terdakwa Ferdy Sambo. Brigadir J tewas setelah ditembak di rumah dinas mantan Kadiv Propam, Irjen Ferdy Sambo pada awal Juli 2022 lalu.
Awalnya Rosti menceritakan sosok Yoshua merupakan anak yang paling patuh, ceria, dan sosok yang menggemaskan. Bahkan hormat kepada siapa pun. Jawaban ini diberikan saat jaksa menanyakan bagaimana sosok Brigadir J. Suara Rosti mulai bergetar.
“Karena saya menyarankan sebagai ibu seorang pendidik memang selalu saya sarankan anak saya agar berbuat baik dimana pun berada,” ungkap Rosti dengan suara yang bergetar di persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (1/11).
Rosti juga bercerita Yoshua adalah orang tidak pernah menyakiti teman. Oleh karenanya, dia mengaku hancur ketika mendengar kabar Brigadir J tewas dibunuh Ferdy Sambo.
“Disini lah saya sebagai ibu begitu hancurnya, begitu tersayat-tersayat hatiku, mendengar berita almarhum Yosua terbunuh dengan sadisnya di tangan atasannya,” ungkap Rosti dengan menetaskan air mata.
Rosti menuturkan, seharusnya Ferdy Sambo sebagai atasan dari Yoshua memberikan perlindungan dan keamanan. Sebagaiman Yoshua terus mengawal FS dan keluarganya dalam tugasnya setiap hari.
Rosti Minta Ferdy Sambo Tobat
Saking emosinya, Rosti sampai meminta Ferdy Sambo untuk segera bertobat. Awalnya Rosti menyinggung pernyataan Ferdy Sambo di hadapan media. Saat itu, Ferdy Sambo menyebut dirinya ciptaan Tuhan.
“Anakku, anak kebanggaan buat kami. Yang sudah bapak hancurkan harapan anakku,” ucap Rosti.
Rosti tidak menyangka, Brigadir J yang selalu didoakannya agar selalu selamat dalam setiap tugasnya malah tewas di tangan Ferdy Sambo. Di mata Rosti, putranya itu sangat dekat dengannya dan menghormati perempuan.
“Anakku mengatakan, ‘siap mamak, baik mamak. Yang penting sehat aman mamak, saya aman mamak bekerja di sini. Saya baik-baik bekerja di sini mamakku’. Tapi di luar dugaan, anakku yang berperilaku yang baik itu harus berakhir di tangan komanandannya FS, atasannya yang dihormatinya itu, sedih Bapak. Itulah yang bisa saya katakan tentang perilaku anakku,” sambungnya.
Permintaan Maaf Sambo dan Putri
Usai mendengar kesaksian orangtua Brigadir J, Sambo menyampaikan permohonan maafnya pada Rosti dan Samuel. Sambo mengaku menyesal karena saat itu tidak mampu mengontrol emosinya dan tak berpikir jernih. Tetapi, dia berdalih kemarahan tak terbendung itu juga buntut dari ulah Yosua pada istrinya, Putri Candrawathi.
“Bapak dan Ibu Yosua, saya sangat memahami perasaan bapak. Saya mohon maaf atas apa yang telah diperbuat/dilakukan,” kata Sambo dari tempat duduknya sambil memegang mic.
Atas kesalahannya, Sambo berjanji akan mempertanggungjawabkan secara hukum. Dia pun mengaku sudah meminta ampun kepada Tuhan atas segala ulahnya yang menyebabkan hilangnya nyawa Brigadir J.
“Itu yang harus saya sampaikan dan nanti akan di buktikan di persidangan. Saya yakini bahwa saya telah berbuat salah dan saya akan pertanggungjawabkan secara hukum,” ujar Sambo kembali.
Putri Candrawathi ikut menangis di depan ayah dan ibu Brigadir J. Dia menyampaikan permintaan maaf atas kesalahan yang membuat Brigadir J terbunuh.
“Mohon izin Yang Mulia, izinkan saya atas nama keluarga mengantarkan turut berduka terhadap Ibu dan Ayah Samuel Hutabarat, beserta keluarga atas berpulangnya ananda Brigadir Yoshua dan semoga almarhum diberikan tempat yang terbaik oleh Tuhan Yang Maha Kuasa,” kata Putri.
Dia meyakini bahwa peristiwa yang terjadi memang merupakan kehendak Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan, manusia hanya dapat ikhlas menjalani takdir yang digariskan.
“Saya dan Bapak Ferdy Sambo tidak sedetik pun menginginkan kejadian seperti ini terjadi di dalam kehidupan keluarga kami. Yang membawa luka di dalam hati saya dan keluarga,” jelasnya dengan suara bergetar.
Sebagai seorang ibu, Putri mengaku dapat merasakan suasana hati orang tua dari Brigadir J, khususnya ibu almarhum yakni Rosti Simanjuntak. Terlebih dalam peristiwa kehilangan seorang anak. [mdk)